Rabu, 01 Oktober 2008

LANSIA dan HIV


Berapa Orang LANSIA yang menderita HIV – positif ?
Menurut laporan dari Departemen Kesehatan kurang lebih 2,5% orang yang diketahui AIDS di Indonesia berusia 50 tahun ke atas. Namun kemungkinan jumlah lebih besar; di AS diperkirakan 10-15 % orang dengan HIV berusia di atas 50 tahun. Jumlah orang lanjut usia (lansia) dengan AIDS terus meningkat. Banyak orang menganggap usia 50 tahun belum ‘tua’. Namun usia 50 tahun dipakai untuk statistik mengenai orang lansia dengan HIV dan AIDS.

Beberapa alasan Mengapa Orang Lansia Tertular HIV ?
  • Orang lansia mungkin kurang sadar atas risiko tertular HIV ( lihat LI 152 )
  • Orang lansia jarang di tes untuk HIV
  • Banyak orang lansia baru "bujang" lagi karena cerai atau janda. Waktu mereka berpasangan tidak peduli atas pesan pencegahan.
  • Orang lansia jarang dianggap "kelompok berisiko", dengan akibat tidak menjadi sasaran untuk penyuluhan
  • Anggapan bahwa "AIDS hanya penyakit orang muda" Tidak diberi pelatihan mengenai cara berhubungan seks lebih aman
  • Memakai jarum suntik bergantian dengan orang yang terinfeksi (hampir 10% kasus yang dilaporkan)
  • Hubungan seks yang tidak aman, baik heteroseks maupun homoseks. Dalam era Viagra dan obat lain untuk membantu laki-laki mendapat ereksi, orang lansia mungkin mulai berhubungan seks lagi setelah beberapa tahun puasa

Apakah Penyakit HIV Berbeda untuk Orang Lansia ?

Penelitian pertama tentang HIV pada orang lansia dilakukan sebelum terapi antiretroviral (ART) tersedia. Sebagian besar penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang lansia menjadi sakit dan meninggal lebih cepat dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Hal ini diperkirakan disebabkan sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah pada orang lansia. Lagi pula, orang lansia biasanya mempunyai masalah kesehatan selain HIV.
Proses menjadi tua (‘penuaan’) menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi semakin lemah. Orang lansia cenderung mempunyai masalah kesehatan jangka panjang yang lain. Mungkin dampak infeksi HIV pada orang lansia lebih berat dibandingkan pada orang yang lebih muda. Namun ART tetap memperkuat sistem kekebalan tubuhnya. Lagi pula, sebagian besar orang lansia lebih patuh pada pengobatan (
LI 405), asal mereka tidak mempunyai masalah jiwa.

Apakah ART Sama Efektif pada Orang Lansia ?
ART tampaknya sama efektif pada orang lansia seperti pada orang yang lebih muda. Sayangnya, belum ada informasi yang baik tentang orang lansia karena mereka jarang dilibatkan pada uji coba klinis obat baru. Orang yang tertular setelah berusia 50 tahun tampaknya menanggapi ART kurang lebih serupa dengan orang yang mulai ART sebelum berusia 50 dan meneruskan terapi melalui usia 50 tahun.
Efek samping obat tampaknya tidak lebih sering pada orang lansia. Namun perubahan disebabkan oleh penuaan dapat serupa dengan atau memperburuk efek samping obat. Misalnya, usia lebih tua adalah faktor risiko utama untuk penyakit jantung, dan untuk lebih banyak lemak pada perut. Beberapa orang lansia HIV-negatif menghilangkan lemak yang kelihatan serupa dengan perubahan diakibatkan oleh lipodistrofi (lihat
LI 553).

Apakah Ada Masalah Kesehatan Lain yang Umum ?
Sebagaimana kita semakin tua, kita mengalami masalah kesehatan yang meneruskan untuk sisa kehidupan. Masalah ini termasuk penyakit jantung, depresi, masalah tulang (osteoporosis, lihat
LI 557), darah tinggi, artritis, diabetes, penyakit Alzheimer dan beberapa macam kanker. Orang lansia sering harus meminum berbagai macam obat untuk menghadapi masalah kesehatannya. Hal ini dapat membuat pilihan ARV semakin rumit karena interaksinya dengan obat lain.
Beberapa ARV dapat meningkatkan risiko diabetes, darah tinggi, atau osteoporosis. Hal ini mempersulit pemilihan terapi terbaik untuk HIV.

Masalah Jiwa
Orang lansia mungkin mengalami lebih banyak masalah dengan pikiran dan ingatan dibandingkan orang lebih muda. Gejala ini dapat serupa dengan masalah jiwa terkait HIV.
LI 504 memberi infomasi lanjutan mengenai masalah sistem saraf terkait HIV.
Masalah ini, yang kadang kala disebut sebagai demensia, sekarang kurang berat dibandingkan dengan masa sebelum ada ARV. Adalah sulit untuk menentukan penyebab masalah jiwa pada orang lansia dengan HIV. Apakah disebabkan oleh penuaan normal atau HIV? Penelitian sudah mengkaitkan usia dan viral load yang lebih tinggi dengan masalah jiwa. Angka depresi dan penggunaan narkoba belum diteliti dengan baik pada orang lansia. Namun masalah ini dapat terkait dengan HIV, penuaan, atau dua-duanya. Masalah ini harus didiagnosis dan diobati secara benar.

Garis Dasar
Jumlah orang berusia di atas 50 tahun dengan HIV atau AIDS semakin meningkat. Kemungkinan sedikitnya 10% Odha adalah lansia. Orang lansia tertular HIV dengan cara yang sama dengan orang lebih muda. Namun mungkin mereka tidak sadar akan risikonya terhadap infeksi HIV. Mereka mungkin juga belum tahu cara untuk melindungi dirinya dari infeksi.
Orang lansia menghadapi masalah kesehatan lain. Hal ini dapat mempersulit pilihan ARV. Gejala penyakit ini juga dapat disalahartikan sebagai efek samping obat. ART sama efektif pada orang lansia. Lagi pula, orang lansia mungkin lebih patuh pada terapinya dibandingkan orang yang lebih muda.
* Diperbarui 4 Juni 2008 berdasarkan
FS 616 The AIDS Infonet 8 Mei 2008 (detikNews » Berita )

Sabtu, 27 September 2008

Gangguan Tidur Pada MANULA


Gangguan tidur yang sering dialami para lanjut usia atau Manula adalah merupakan sesuatu hal yang biasa terjadi. Namun apabila gangguan tidur tersebut berlangsung terus menerus selama dua minggu atau lebih, maka oleh Dr. Charles Cefalu seorang anggota Masyarakat Geriatrics Amerika ( American Geriatricts Society ) menyarankan agar penderita segera memeriksakan diri ke dokter. Oleh dokter ahli gerontology akan melakukan pemeriksaan dan diagnose serta sekaligus memberikan pengobatannya.
“Secara umum, agar berfungsi secara optimal, maka tubuh dan otak membutuhkan istirahat selama 8 (delapan) jam setiap malam,” kata Dr. Charles Cefalu. Namun sebuah studi baru menyatakan bahwa Manula membutuhkan waktu tidur yang lebih singkat. Perlu diketahui bahwa kebutuhan tidur masing-masing orang memang berbeda. Orang tidak dapat menghitung berapa jam ia harus tidur setiap malamnya, sesuai dengan aturan umum. Mereka dapat mengukur dari bagaimana kondisinya ketika bangun tidur pada keesokan harinya.
Dr. Charles Cefalu menjelaskan beberapa tanda adanya gangguan tidur, antara lain adalah :
  • sering mendengkur;
  • sering berjalan-jalan di tengah malam;
  • pusing di pagi hari;
  • merasa lelah tetapi tidak bisa tidur;
  • kehilangan nafsu makan dan
  • tidak merasa bugar di pagi hari.
Lebih lanjut Dr. Charles Cefalu merekomendasikan beberapa tips untuk membantu Manula agar bisa tidur dengan nyenyak :
  1. Membuat dan mematuhi jadwal tidur dan bangun secara konsisten, meskipun di akhir minggu.
  2. Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman berkafein setelah pukul 14.00.
  3. Makan malam lebih awal.
  4. Tidak menyalakan lampu yang tidak perlu di kamar tidur.
  5. Berolahraga 30 sampai 40 menit 3 (tiga) atau 4 (empat) kali seminggu.
  6. Manula yang mengalami gangguan tidur di malam hari tidak disarankan untuk tidur siang terlalu lama, karena hal ini akan membuat ia semakin sulit tidur di malam hari.
(Nur Hidayatullah, Suara Merdeka 26 Setember 2008)